Kamis, 15 Desember 2011

tugas pppc - gusti


PENCEGAHAN DAN PERAWATAN PADA CEDERA OLAHRAGA
( PPPC )

Dosen Mk : Drs. Budijanto, M.Kes





Oleh
NAMA   : AGUSTINUS LAMUNDE
NPM       : 2091000510024
KELAS  : J / 2009





FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
IKIP BUDI UTOMO MALANG
2011

KATA PENGANTAR



Puji  dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Didunia yang semakin maju dan perputaran global yang begitu cepat, banyak kalangan dan masyarak dan atlet yang tidak begitu mengerti dan memahami secara mendalam tentang cedera dan cara pengangan dan perawatan pada cedera, dan di butukan lulusan yang mengerti tentang penganan cdera, suda saatnya Mata kuliah pencehan dan penanganan pada cedera olahrga dapat dilibatkan dalam penanganan cedra pada masyarakat luan terutama pada atlet, agar bisa dipahami dan laksanakan pada saat kecelakaan atau cedera.

Tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penuis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Bapak Drs. Budijanto, M.kes, selaku dosen mata kuliah PPPC.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata, kiranya makalah ini dapat berguna bagi kawan – kawan dan bagi para pembaca.
Penulis mengucapkan banyak limpa terimakasih atas perhatian dan partisi pasi dari semua puhak.





Penulis






DAFTAR ISI


COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR TUJUAN
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Tujuan
C.     Rumusan Masalah
BAB II : Pembahasan
A.    Pemanasan Untuk Mencegah Terjadinya Cedera olahraga
B.     Penyebab Terjadinya Cedera Olahraga
C.     Macam – Macam Cedera Olahrga
D.    Pencegahan cedera Olahraga
E.     Perawatan Pada Cedera Olahraga
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA














BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang

Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri.
Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya sendiri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).

Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah.

B.     Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :
*      Untuk mengetahui cara pemanasan untuk mencega terjadinya cedera
*      Untuk mengetahui penyebab terjadinya cedera olahraga
*      Untuk mengetahui macam – macam cedera oalahraga
*      Untuk mengetahui cara pencegahan cedera lolahraga
*      Untuk mengetahui cara perawatan pada cedera olahraga

C.    Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah ang ada yaitu :
*      Bagaimana cara penasan yang benar ?
*      Apa penyebab terjadinya cedera olahraga
*      Untuk mengetahui macam – macam cedera oalahraga ?
*      Bagaimana cara pencegahan cedera lolahraga ?
*      Bagai mana cara perawatan pada cedera olahraga ?













BAB II
PEMBAHASAN



A.    Pemanasan Untuk Mencega Terjadinya Cedera Olahraga

1.      Pemanasan dalam olahraga
Sebelum otot layak pakai, maka harus dipanaskan dulu. Prinsipnya, sama dengan mobil. Sebelum digunakan harus dipanaskan terlebih dulu, pemanasan berfungsi untuk meningkatkan aliran darah menuju otot. Bila aliran darah yang mengalir menuju otot meningkat, maka oksigen dan nutrisi pun akan banyak bergerak ke otot.
Lewat pemanasan, hal itu akan terjadi. Alhasil, sebelum masuk ke olahraga inti, maka otot-otot telah siap untuk digerakkan. Pemanasan bisa dilakukan selama 5-10 menit. Gerakannya pun terbilang sangat mudah. Agar sirkulasi darah kamu bisa berjalan dengan baik, maka sebelum olahraga lakukan pemanasan dengan melakukan lari-lari di tempat. Gerakan aerobik ringan juga sangat baik untuk pemanasan. Hal yang perlu diperhatikan adalah gerakan senam atau aerobik pada saat pemanasan intensitas geraknya harus rendah dan lambat.
Salah satu cara asyik untuk pemanasan adalah dengan jogging. Sebuah penelitian mengungkapkan, berlari-lari kecil dengan berhati-hati atau jogging merupakan salah satu langkah yang tepat untuk dilakukan sebelum berolahraga. Tak cuma itu, pengulangan gerakan tertentu selama aktif berolahraga juga akan menumbuhkan ketahanan otot yang sebenarnya.
Dengan pemanasan dan stretching, terjadinya risiko cedera otot bakal bisa berkurang. Bila kita terkena cedera otot, maka rasanya sangat sakit. Kram otot, sakit otot, terkilir, atau keseleo merupakan bentuk cedera otot yang bisa dialami orang yang berolahraga tanpa melakukan pemanasan dan stetching.



a. Pentingnya Pemanasan

Mungkin kebanyakan dari kita selama ini terkadang meremehkan hal yang satu ini, padahal hal tersebut sangat penting sekali. Mungkin bagi yang belum merasakan cedera akan menganggap bahwa selama ini dia baik-baik saja dalam berolah raga tanpa melakukan stretching sebelumnya. Hal ini diakui bukan hanya oleh para pemain profesional dari cabang basket, tetapi juga dari cabang olahraga lain. Terutama mereka yang pernah dibekap cedera pasti akan merasakan manfaatnya dan mengutamakan pemanasan sebelum berolahraga.Mesin saja yang notabene dibuat untuk melakukan hal-hal yang sama setiap waktu butuh waktu untuk “pemanasan”. Ambil contohnya Motor atau mobil, sebelum digunakan pertama kali dianjurkan pada pagi hari untuk dinyalakan terlebih dahulu selama beberapa saat. Efeknya tentu saja tidak akan dirasakan dalam waktu dekat, namun dampaknya tentu saja akan dirasakan dalam jangka panjang. Mesin yang setiap harinya melakukan “pemanasan” terlebih dahulu akan mempunyai umur yang lebih panjang dibanding dengan yang tidak.
Begitu juga dengan tubuh kita yang harus beradaptasi sebelum bermain basket. Bagi yang sudah terbiasa melakukan pemanasan sebelumnya tentu akan merasakan perbedaan ketika dalam permainan, seperti tubuh kurang lentur, akurasi dalam menembak berkurang, dan lain sebagainya.
Jadi akan lebih baik jika kita melakukan pemanasan sebelum bermain basket, selain fisik kita menjadi lebih siap dalam bermain juga akan meminimalisir cedera yang tentu saja tidak diinginkan oleh siapapun. Jika kita tidak terlalu ingat gerakan-gerakan dalam pemanasan, pemanasan yang paling simple adalah melakukan jogging atau lari-lari kecil terlebih dahulu sebelum bermain.
Olahraga merupakan aktifitas yang sangat berguna untuk kebugaran tubuh. Dengan berolahraga, jasmani dapat selalu tetap bugar dan sehat. Dengan berolahraga pulalah rohani dapat “segar” selalu. Untuk itulah, mengapa olahraga sangat penting untuk menjaga kebugaran tubuh secara keseluruhan.
Dalam berolahraga terdapat hal – hal penting yang patut dilakukan/diperhatikan. Salah satunya adalah pemanasan (warming up). Pada setiap olahraga dibutuhkan kerja kardiovaskuler yang berfungsi menyediakan oksigen. Untuk mengoptimalkan fungsi kardiovaskuler dalam berolahraga dibutuhkan pemanasan.

b. Macam-macam pemanasan

Pemanasan dibagi menjadi 2 macam yaitu pemanasan aktif dan pemanasan pasif. Pemanasan aktif (active warm up) bekerja dengan merangsang tubuh untuk menghasilkan panas.
1.      Caranya dengan latihan fisik secara aktif berupa latihan fisik ringan. Dengan latihan fisik itu suhu tubuh akan meningkat secara bertahap sesuai dengan intensitas dan durasi pemanasan. Pemanasan pasif (passive warm up) merupakan pemanasan yang melibatkan panas dari luar tubuh misalnya mandi uap/sauna.
2.      Dengan pemanasan pasif secara tidak langsung tubuh akan menghasilkan panas sehingga suhu tubuh meningkat secara bertahap. Bila dibandingkan dengan pemanasan aktif, energi yang dikeluarkan oleh tubuh pada pemanasan pasif tidak seberapa besar karena tidak adanya pergerakan tubuh yang signifikan dalam menghasilkan energi panas.
Proses pemanasan dalam berolahraga sangat diperlukan tubuh untuk beradaptasi. Hal itu perlu diperhatikan karena dalam mengerjakan aktifitas dengan aktualitas normal menjadi aktualitas yang lebih tinggi diperlukan mekanisme kerja jantung yang optimal. Untuk itulah pemanasan sangat diperlukan dalam proses ini, karena dengan adanya adaptasi, kerja jantung akan meningkat secara berkala sehingga aliran darah ke otot menjadi baik.
Lain halnya bila olahraga dimulai tanpa pemanasan. Jantung akan dipacu secara cepat tanpa diberikan kesempatan untuk beradaptasi. Dengan tidak adanya waktu beradaptasi, sistem kardiovaskuler terutama kerja jantung untuk memompa darah ke bagian – bagian tubuh menjadi tidak optimal, akibatnya otot yang bekerja akan cepat lelah dan mungkin dapat terjadi cedera.
Pemanasan dengan intensitas yang cukup akan mengubah aliran darah secara bertahap. Sesaat sebelum berolahraga jumlah aliran darah yang mengalir ke otot motorik 15-20%. Setelah pemanasan, aliran darah akan meningkat hingga mencapai 70-75%. Dengan meningkatnya aliran darah secara bertahap, kerja jantung akan menjadi optimal dan otot penggerak mendapatkan nutrisi yang cukup.
Dalam melakukan pemanasan, faktor yang patut diperhatikan adalah pemanasan harus dilakukan sesuai kemampuan/kondisi fisik individu karena termogulator pada setiap orang berbeda. Intensitas dan durasi dalam pemanasan yang disarankan adalah kenaikan suhu tubuh sebesar 1 – 20 C. Kenaikan suhu tubuh sebesar itu cukup untuk menghasilkan panas yang optimal.
Berdasarkan tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanasan berperan penting dalam olahraga. Dengan pemanasan tubuh menjadi siap untuk melakukan setiap gerakan dengan aktualitas yang tinggi dan risiko kemungkinan cedera olahraga dapat dihindari (SS).

c. Bentuk latihan pemanasan

Sebelum memulai latihan kebugaran, melakukan pemanasan selama 5-10 menit. Untuk mengawalinya, lakukan aktivitas fisik intensitas rendah selama 5 menit seperti berjalan, jogging di tempat atau di atas trampolin. Melakukan gerakan memompa atau membuat gerakan melingkar dengan tangan untuk membantu memanaskan otot-otot tubuh bagian atas.

Studi masih terus berlangsung untuk menentukan teknik pemanasan yang tepat guna mencegah cedera. Pemanasan sebelum berolahraga dapat:

1. Meningkatkan aliran darah ke jaringan tubuh sehingga otot lebih lentur.
2. Meningkatkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke otot dengan meningkatkan aliran darah.
3. Menyiapkan otot untuk peregangan.
4. Menyiapkan jantung untuk meningkatkan aktivitas.
5. Menyiapkan secara mental untuk olahraga yang akan dilakukan.
6. Membuat jalur syaraf ke otot siap berolahraga

.

2.       Pendinginan dalan olahraga
Setelah berolahraga, ada juga 1 hal yang tak kalah penting ySetelah berolahraga, ada juga 1 hal yang tak kalah penting yaitu pendinginan. Pendinginan setelah berolahraga artinya memperlambat tingkat aktivitas secara bertahap, dengan cara:
1. Membantu denyut jantung dan pernapasan secara bertahap kembali normal.
2. Membantu mencegah rasa pusing akibat menumpuknya darah di dalam otot-otot kaki jika aktivitas berat dihentikan secara tiba-tiba.
3. Menyiapkan otot untuk sesi latihan berikutnya esok hari.
4. Membuang produk sisa seperti asam laktat, yang dapat menumpuk di otot saat melakukan aktivitas berat.
a. Bentuk Pendinginan
Cooling down dilakukan dalam bentuk gerakan-gerakan pelemasan (relaksasi) yang dimaksudkan untuk menstabilkan kembali kedaan jasmani dan rohani siswa setelah melakukan latihan inti secara cukup melelahkan, aktif, dan dinamis. Waktu yang diperlukan untuk cooling down umumnya berkisar antara 5-10% waktu pelajaran (kurang lebih setara dengan 5-10 menit) dapat diselingi dengan dengan pengumuman atau penegasan guru tentang jalannya pelajaran yang baru berlangsung, dan diakhiri dengan doa bersama.

b. Untuk pendinginan yang efektif:
1. Melakukan latihan intensitas rendah selama setidaknya 5-10 menit.
2. Mengakhiri dengan melakukan peregangan selama 10 menit.
Waktu terbaik untuk melakukan peregangan adalah langsung setelah pendinginan, saat otot masih hangat dan responsif. Peregangan membantu melemaskan otot-otot dan meningkatkan fleksibilitas.

B.     Penyebab terjadinya cedera olahraga
Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga.
Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera olah raga disebabkan oleh:
- metode latihan yang salah
- kelainan struktural yang menekan bagian tubuh tertentu lebih banyak daripada bagian tubuh lainnya
- kelemahan pada otot, tendon dan ligamen.
Kebanyakan cedera ini disebabkan oleh penggunaan jangka panjang, dimana terjadi
pergerakan berulang yang menekan jaringan yang peka. Metode Latihan Yang Salah. Metode latihan yang salah merupakan penyebab paling sering dari cedera pada otot dan sendi. Penderita tidak memberikan waktu pemulihan yang cukup setelah melakukan olah raga atau tidak berhenti berlatih ketika timbul nyeri.
Setiap kali otot tertekan oleh aktivitas yang intensif, beberapa otot mengalami cedera dan otot yang lainnya menggunakan cadangan energinya yang tersimpan sebagai glikogen karbohidrat.
Penyembuhan serat-serat otot dan penggantian glikogen memerlukan waktu lebih dari 2 hari.
Sebagian besar program olah raga diselenggarakan secara bergantian;
1.       hari ini melakukan latihan berat, hari berikutnya beristirahat atau melakukan latihan ringan.
2.      Hanya perenang yang bisa melakukan latihan yang berat dan ringan setiap hari tanpa mengalami cedera. Kemungkinan daya ampung dari air membantu melindungi otot dan sendi para perenang.
Pemanasan akan membantu meningkatkan peredaran darah ke seluruh tubuh. Otot-otot dan jaringan di sekujur tubuh Anda dapat bergerak lebih leluasa, sehingga memperkecil resiko otot terkilir atau robek. Cedera dapat juga terjadi karena kurang memperhatikan dari beberapa factor dibawah ini, diantaranya adalah:
     Pemanasan sebaiknya dimulai dengan aktifitas aerobik ringan. Misalnya: berlari-lari kecil selama 5 hingga 15 menit.
Lakukan peregangan dengan lembut, terutama pada otot-otot yang bakal banyak digunakan pada saat bertanding. Peregangan dilakukan dengan melakukan gerakan memutar dan menarik, secara berulang setiap 10-15 detik dengan waktu keseluruhan sekitar 15 menit.
Cobalah berlari cepat dan melompat tinggi dengan setengah atau tigaperempat kemampuan penuh Anda. Lakukan berkali-kali dalam interval pendek. Tujuan gerakan ini adalah meregangkan otot-otot dan persendian agar lebih fleksibel.
     Lakukan pendinginan setelah selesai. Gerakan-gerakan aerobik sederhana dan peregangaan akan membantu melemaskan otot dan persendian. Gerakan tersebut akan membantu membuang limbah yang terbentuk di otot ketika sedang bekerja berat.

C.    Macam - macam cedera Olahraga

cedera-otot2

Secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada kulit, dan pingsan (Taylor, 1997: 63). Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia (Mirkin & Hoffman, 1984: 107).
a.      Memar
Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat.
Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat.

b.      Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu:
1)      Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.” Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a)      Sprain Tingkat I 
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b)      Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.














c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
                      sprain


2) Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.” Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a)      Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.
b)      Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang.
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Depdiknas (1999: 632) “otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh”. Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.

Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera. I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit. C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis, balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau
pembengkakan.
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang
cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
(a)    Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
(b)   Sprain/strain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
(c)     Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.

c.       Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibanya, sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali. Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.

d.      Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
2) Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.

Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan
tulang keluar.
2)      Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.

e. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang.
Penyebab terjadinya kram:
1. otot terlalu lelah pada waktu berolahraga terjadi proses pembakaran yang menghasilkan sisa metabolik yang menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi kram.
2. kurang pemanasan (Warming Up) serta pendinginan (Cooling Down).
3. Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju keotot, sehingga menimbulkan kejang.
Kram yang mungkin terjadi yaitu:
a) Otot Perut (Abdominal)
b) Otot betis(Gastrocnenius)
c) Otot paha belakang (Hamstring)
d) Otot telapak kaki

Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:
(1). Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas seperti conterpain, dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.
(2) Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.

a.      Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga renang ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit.

g. Pingsan
Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa.
Hal merupakan akibat dari:
(1) Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen sementara.
(2) Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat.
(3) Karena jatuh dan benturan.

Menurut Kartono Mohammad (2001: 96-99) ada beberapa macam penyebab pingsan yaitu:
a) Pingsan biasa (saimple fainting)
Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada orang-orang berdiri berbaris diterik matahari, atau orang yang anemia (kurang darah), lelah, takut, tidak tahan melihat darah.
b) Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja ditempat yang sangat panas.

h. Luka
Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi.

Luka dapat dibagi menjadi:
(1) Luka lecet (Abrasi): cedera goresan pada kulit.
(2) Lepuh: cedera gesekan pada kulit.
Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.

D. Pencegahan Cedera Olahraga
Usaha-Usaha Pencegahan Cedera Olahraga

Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa cara usaha-usaha untuk pencegahan cedera olahraga yang disebutkan diatas,antara lain :
1.    Pengaturan gizi
Seorang atlet,baik itu professional atau non pofesional akan membutuhkan asupan gizi yang baik dan teratur untuk dapat mengatur kondisi fisik tubuhnya dan pengeluaran kalorinya. Pengetahuan gizi khususnya tentang pengaturan makanan untuk atlet sangat bermanfaat, karena memberikan beberapa keuntungan bagi atlet tersebut antara lain :
a. Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai atau mempertahankan kondisi tubuh yang telah diperoleh dalam latihan
b. Memberikan makanan yang dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga
c. Menentukan bentuk makanan dan frekwensi makan yang tepat pada waktu latihan intensif sebelum, selama dan sesudah pertandingan
d. Menggunakan prinsip gizi dalam menurunkan dan menaikkan berat badan sesuai yang diinginkan
e. Menggunakan prinsip gizi untuk mengembangkan atau membuat rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh, keadaan fisiologi dan metabolismenya serta mempertimbangkan selera serta kebiasaan dan daya cerna atlet.
Kecukupan nutrisi optimal pada olahragawan adalah karbohidrat sebesar 60-70% dari total energi, protein 12-15%, sisanya didapatkan dari lemak. Vitamin dan mineral mempunyai peran dalam meningkatkan kemampuan fisik atlet terutama pada saat latihan dan pertandinganBerikut beberapa cara dalam pengaturan gizi bagi seorang atlet,misalnya saja pada atlet sepak bola.Selain pengaturan program latihan yang teratur dan terarah,untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan asupan gizi atau pengaturan makanan dengan kebutuhan gizi yang lebih besar dan seimbang dibanding orang biasa.

 Serta pengaturan makanan khusus harus disiapkan pada masa pelatihan,pertandingan dan pasca pertandingan.Sebagai contoh,atlet sepak bola makan 3x sehari dengan lauk pauk yang seimbang dan gizinya lebih besar dari orang biasa.Dan pada saat latihan,pertandingan dan pasca pertandingan diberikan makanan khusus,seperti suplemen atau vitamin.

2.    Aklimatisasi
Cara-cara seorang atlit melakukan aklimatisasi adalah antara lain :
Atlet yang akan bertanding didaerah ketinggian harus melakukan penyesuaian yang optimal,utamanya atlet yang akan berlaga pada cabang olahraga yang memerlukan (O2) dalam jumlah yang banyak.seperti olahraga renang dan atletik. Aklimatisasi pada ketinggian secara langsung berhubungan dengan keadaan latihan sebelumnya dari atlet yang bersangkutan. Waktu yang diperlukan untuk aklimatisasi paling sedikit 3 minggu untuk ketinggian 2000 meter dpl atau lebih, termasuk melakukan aktifitas aerobic. Jika pada daerah yang rendah untuk aklimatisasi memerlukan waktu yang tidak terlalu lama. Selama minggu pertama pada ketinggian,intensitas latihan sebaiknya ringan,dan secara bertahap dinaikkan sampai mencapai maksimum. Lama aklimatisasi tergantung ketinggian,seperti :
1.    Ketinggian sampai dengan 2000 m paling sedikit lama waktu aklimatisasinya 14 hari
2.    Antara 2000-2500 m, membutuhkan aklimatisasi selama 21 hari
3.    Ketinggian lebih dari 2500 m membutuhkan waktu selama 28 hari

3.    Peningkatan kualitas wasit dan pelatih
Apabila kita teliti pasti mendapati sebuah fenomena bagaimana seorang wasit (dan asisten wasit) adalah “raja” selama 2 X 45 menit. Jangankan disentuh, menggertak atau mengejek wasit pun bisa berbuah kartu. Kalaupun lolos dari kartu, rekaman pertandingan bisa membuat pemain yang bersangkutan dikenai hukuman atau skorsing. Beberapa musim yang lalu Liga Inggris membuat sebuah program kampanye “Respect the Referee“. Banyak pelajaran positif dari kampanye tersebut yang dapat kita ambil dan terapkan pada kompetisi sepakbola kita.
Setiap wasit dan pelatih diharuskan untuk mengikuti kursus dasar dan pelatihan yang berlisensi standar dalam melakukan tugasnya sebagai wasit dan pelatih. Selain itu sering diadakannya penyuluhan terhadap wasit dan pelatih untuk dapat menciptakan kondisi yang sportif dan kondusif dalam setiap pertandingan. Seorang pelatih harus dapat menerima keptusan wasit,karena keputusan wasit adalah mutlak. Namun apabila keputusan wasit tersebut dianggap kurang benar,maka seorang pelatih dapat mengajukannya kepada pihak panitia dan penyelenggara dengan jalan tahap yang benar dan semestinya,tanpa disertai unsur kekerasan. Misalnya referee/wasit berhak membatalkan permaianan, jika keadaan membahayakan pemain, seperti cuaca buruk, hujan keras, angina kencang atau kabut tebal. Atau wasit dapat mengentikan permaianan oleh karena ulah penonton yang melempari pemain, dan juga mengeluarkan pemain karena kelakuannya atau keselamatannya.

Selain pencgahan dengan memenuhi stander gizi, dalam mencegah cedera olahraga ada dua macam bentuk pemeriksaan untuk mencegah terjadinya cedera yaitu :
1.    Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan ada tidaknya kontraindikasi dalam berolahraga Melakukan olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih (sepatu, kaos kaki, pelindung , dll)
2.    Memperhatikan kondisi prasarana olahraga seperti permukaan lapangan harus rata, dll




E. Perawatan Pada Cedera Olahraga
Pelayanan Sport Clinic
Cedera yang sering dialami olah para atlet maupun pelaku olahraga individual bisa berupa trauma akut dan sindrom yang berlarut-larut atau overuse syndrome. Penanganan cedera olahraga dapat bersifat non operatif (tidak memerlukan tindakan operasi). Penanganan cedera non operatif bisa berupa pengobatan bagian tubuh yang cedera, pembebatan, kompres dingin atau hangat, pemberian obat-obatan dan menjalani program fisioterapi. Pada kasus-kasus tertentu, cedera olahraga harus ditangani melalui tindakan operasi seperti untuk kasus patah tulang dan putusnya urat.
Teknik operasi yang digunakan dapat bersifat terbuka atau secara minimal invasif. Bedah minimal invasif pada sendi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Arthroscopy. Teknik pembedahan ini melalui luka goresan yang kecil dan menggunakan video kamera yang dimasukkan ke dalam sendi lutut. Dibandingkan dengan teknik yang konvensional, keuntungan dari teknik ini adalah luka operasi yang kecil (kosmetik lebih baik), diagnosis yang akurat, lebih nyaman, lama perawatan dan masa pemulihan lebih singkat.
a.      Proses Penanganan pada cidera olah raga
Pemeriksaan
Anamnesis (tanya jawab dengan pasien), ditanyakan mula timbulnya cidera
Palpasi dan Inspeksi (diraba dan dilihat)
Pemeriksaan gerak dasar.
- Pemeriksaan gerak pasif
- Pemeriksaan gerak aktif
- Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan
Diagnosis, menentukan daerah mana dan bagian apa yang mengalami cidera.
Perencanaan, menentukan pengobatan yang paling tepat untuk cidera yang dialami.
Pelaksanaan pengobatan.
Secara prinsip seperti pula pada cidera yang lain maka upaya penyembuhan adalah kesempatan jaringan untuk sembuh baik sehingga tidak menimbulkan jaringan yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu prinsip pengobatan pada kondisi akut mempunyai program yang sangat terkenal yaitu berikan RICE, yaitu ;
R: REST, jaringan yang terkena cidera harus diistirahatkan dalam kurun waktu tertentu agar mendapat kesempatan untuk sembuh
I: ICE, yaitu diberikannya pengobatan dengan es dengan tujuan untuk menahan vasodilatasi dan agar terjadi vasokonstriksi.
C: CROMPRESSION, yaitu pemberian tekanan yang rata dengan tujuan untuk mencegah pembengkakan yang berlebihan.
E: ELEVATION, yaitu menaikan anggota tubuh yang cidera agar dapat membantu pengembalian darah ke jantung.
Dan hindari HARM, yaitu
:
H: HEAT, pemberian panas justru akan meningkatkan perdarahan
A: ALCOHOL,akan meningkatkan pembengkakan
R: RUNNING, atau exercise terlalu dini akan memburuk cidera
M: MASSAGE, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak jaringan.
a.      Pengobatan Awal
Apabila telah terjadi cedera akibat olahraga, baik itu cedera yang dialami oleh amatir maupun profesional, penanganan awal yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan prinsip RICE, agar akibat cedera tersebut dapat segera pulih kembali. Adapun RICE adalah singkatan dari:
1. Rest : mengistirahatkan bagian yang cedera
2. Ice : pendinginan (bisa menggunakan kompres es) untuk mencegah perdarahan
3. Compression : memberikan balutan tekan sehingga dapat mengurangi pembengkaka
4. Elevation : bagian yang cedera diangkat, dapat juga untuk mengurangi pembengkakan.

Dengan dilakukan pemeriksaan tambahan seperti laboratorium dan pencitraan semisal rontgen, dapat lebih memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap cedera yang dialami dan penanganan yang lebih lanjut. Yang terbagi 2, yaitu : pembedahan dan non pembedahan, tergantung dari jenis dan tingkat keparahan cedera.

b. Rehabilitasi
Adalah upaya pemulihan seseorang sebelum atau sesudah tindakan sebagai akibat dari cedera. Dengan rehabilitasi diharapkan alat atau organ yang mengalami cedera dapat secepatnya pulih dan kembali berfungsi dengan baik. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan jaringan lunak, semisal otot adalah 4-6 minggu. Namun perlu diingat, immobilisasi (tidak digerakkan) lama pada alat gerak yang cedera dapat menimbulkan penyulit, yaitu gangguan dari gerak sendi, sehingga dalam masa penyembuhan harus tetap dilatih sampai batas maksimal yang dapat dilakukan. Untuk patah tulang rata-rata waktu yang diperlukan adalah 6-8 bulan.

Cedera olahraga yang mengenai sistem musculoskeletal dapat dibagi 3, yaitu : cedera jaringan lunak (tendon atau otot), cedera jaringan keras (tulang), dan cedera sendi (ligament,meniscus). Cedera tersering yang dialami baik oleh amatir maupun profesional adalah cedera sendi. Dimana semua persendian dari tubuh dapat mengalaminya, di antaranya sendi lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, bahu, siku dan jari. Istilah bagi orang awam yang mudah dimengerti adalah keseleo, yaitu yang dianggap sebagai salah urat.
Adapun cedera yang dapat dialami dari yang teringan sampai dengan yang terberat yaitu robekan sendi. Gejala awal yang timbul meliputi nyeri, bengkak dan memar. Untuk pengobatannya meliputi: sendi diistirahatkan dan diimobilisasi dengan teknik yang disebut strapping (dibalut, bisa dengan elastic bandage atau perban), sampai nyeri berkurang. Kompres es dan obat penghilang sakit maupun anti inflamasi (radang) non steroid dapat diberikan. Setelah bengkak berkurang segera latihan gerak sendi secara aktif dan latihan kekuatan otot.
Apabila cedera yang dialami berat, dapat menyebabkan rupture atau putusnya dari ligamen sehingga sendi menjadi tidak stabil. Dimana bagian tubuh yang sering terkena adalah lutut, pergelangan kaki, dan jari-jari. Olahraga yang tersering menyebabkan cedera ini adalah sepakbola, seperti misalnya Michael Owen, seorang atlit sepakbola asal Inggris, yang mengalami cedera ini dan membutuhkan penanganan yang lebih invasif yaitu pembedahan.
Gejalanya meliputi nyeri yang sangat berat sampai-sampai penderita tidak berani menggerakkan persendiannya dikarenakan nyeri, mungkin juga ada perdarahan di bawah kulit dan pembengkakan sendi. Pengobatan awal yang dapat dilakukan adalah dengan mengontrol nyeri dan pembengkakan, pembidaian sendi sehingga sendi terfiksasi, pendinginan dengan kompres es, dan obat-obatan anti inflamasi non steroid. Setelah bengkak dan nyeri berkurang, bidai harus diganti dan mulai latihan gerak sendi.
Tetapi perlu diingat bahwa tindakan tersebut diatas adalah penanganan awal yang dapat dilakukan, apabila cedera yang dialami parah atau tidak membaik dengan penanganan diatas, harus dikonsultasikan dengan dokter bukan dukun, agar tidak memperparah cedera yang dialami. Contohnya cedera yang menyebabkan putusnya ligamen dan patah tulang. Untuk itu diperlukan tindakan pembedahan untuk mendapatkan pemulihan yang lebih baik.
Sekali lagi hal yang terpenting adalah dengan mencegah terjadinya cedera, diantaranya seperti beberapa hal yang disebutkan diatas sebelumnya. Dan kalaupun terjadi cedera dapat dilakukan penanganan awal yang mudah dilakukan. Namun apabila sakit berlanjut, segera hubungi dokter.
Berikut adalah contoh gambar dari cara memfiksasi sendi yang baik, dan dapat dilakukan pada penanganan awal cedera olahraga.








BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti.
Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup efektifnya pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas. Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri.

B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan, yaitu:
1.      Guru pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan tentang cedera olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru pendidikan jasmaninya bisa mengatasi masalah cedera olahragan.
2.      Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan para atlitnya sehingga keluhan-keluhan atlit mengenai cedera yang dialaminya bisa dibicarakan dan disembuhkan secara bersama tim. Peltih juga harus mengetahui bagaimana kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu pelatih-pelatih harus sering mengikutu seminar-seminar untuk para pelatih guna memperdalam pengetahuan.





DAFTAR PUSTAKA

Paul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.

Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional .

-----------------Sumber : http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/maag.htm.
Sumber Trubus, Edisi: Senin, 04 September 2006, Teripang Akhiri Derita Tumor Lambung
------------------------Sumber Artikel : http://medicastore.com/penyakit-----------------------
Azwar, S. (1987). Tes Pretasi, Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Liberty.
Balley, A. James. (1986) Pedoman Atlet, Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina. Dahara Prize.
Departemen Pendidikan Nasional (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Penjasorkes. Jakarta, Depdiknas.
Harsono. (1988) Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta, CV. Tambak Kusumah.
Jarver, J. (1986) Belajar dan Berlatih Atletik.  Bandung, PT. Pionir Jaya.


1 komentar: