Kamis, 15 Desember 2011

ILMU GIZI


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.       PENGERTIAN DASAR
Dalam rangka menyongsong era globalisasi di abad 21, pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan derajat kesehatan serta perbaikan gizi masyarakat. Pembangunan dalam bidang kesehatan sangat penting dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia (SDM).
Salah satu Strategi Departemen Kesehatan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 adalah paradigma sehat, yaitu yang beroritentasi pada upaya promotif-preventif, proaktif, community-centered, partisipatif dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan olah raga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus untuk mencegah agar tidak mudah sakit.

1.2.       KONSEP DASAR PENGERTIAN OLAHRAGA
Pengetahuan gizi olahraga bagi masyarakat secara umum serta atlet yang berprestasi sangatlah penting. Kita ketahui bahwa dalam masa pertumbuhan serta perkembangan, proses kehidupan sesorang dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya masukan zat gizi. Disamping itu juga berpengaruh dalam mempertahankan dan memperkuat daya tahan tubuh.
Perilaku tersebut di atas juga berpengaruh pula bagi para atlet meskipun secara lebih khusus kebutuhan jenis dan jumlah zat gizi bagi seorang atlet akan berbeda dengan kelompok bukan atlet, karena kegiatan fisik dan psikis berbeda, baik selama masa latihan maupun pada saat pertandingan. Prestasi olahraga yang dicapai oleh para atlet berkait erat dengan ketepatan penentuan dan penyediaan jenis dan jumlah zat gizi yang diperlukan.
Seorang olahragawan setiap hari harus memperhatikan kondisi fisiknya agar dapat tampil secara prima dalam setiap pertandingan. Dalam proses latihan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga maka pengaturan makan yang optimal harus mendapat perhatian dari setiap orang yang terlibat.
Stamina merupakan salah satu faktor penting yang sangat menunjang prestasi atlet. Stamina atlet yang baik hanya dapat diperoleh apabila mengkonsumsi gizi  sesuai dengan kebutuhan baik pada waktu latihan maupun pada waktu pertandingan.
Seorang olahragawan yang mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang secara terencana akan berada pada status gizi baik dan mampu mempertahankan kondisi fisik secara prima.
Makanan yang memenuhi gizi seimbang memegang peranan penting untuk olahragawan yang ingin berprestasi maksimal dalam suatu pertandingan. Bahkan dengan kombinasi yang baik dari bakat olahragawan serta teknik latihan dan pelatih terbaik, makanan yang tidak memenuhi syarat dan gizi tidak seimbang tidak mungkin berprestasi secara maksimal.
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung jumlah kalori dengan proporsi sebagai berikut:
60 – 70% karbohidrat;
10 – 15% protein;
20 – 25% lemak, serta; cukup vitamin, mineral dan air.
Pembinaan prestasi olahraga memerlukan proses panjang dan berkesinambungan. Prestasi terbaik seorang olahragawan selain ditentukan oleh faktor yang ada dalam diri olahragawan tersebut, yakni kemampuan fisik, segi mental, keterampilan taktik, bakat dan lain-lain juga ketepatan program latihan, pemeliharaan kesehatan, pengaturan gizi dan penyediaan makanan olahragawan.










BAB II
PERUMUSAN MASALAH


A. BATASAN MASALAH
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.         Bagaimana prinsip pengaturan makanan olahragawan ?
2.         Bagaimana pengaturan makanan olahragawan pada masa latihan ?
3.         Bagaimana pengaturan makanan olahragawan menjelang pertandingan, masa pertandingan dan sesudah pertandingan ?


B. RUMUSAN MASALAH
2.1. PERANAN GIZI BAGI OLAHRAGAWAN
Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet olahraga. Hasil pengamatan pada beberapa atlet dengan latar belakang berbagai cabang olahraga menunjukkan bahwa gizi dan latihan fisik secara bersama-sama menghasilkan prestasi yang baik. Namun demikian, saat ini perhatian terhadap pengaturan gizi atlet masih sangat kurang, apalagi di tingkat daerah. Diperhatikan lebih dalam, persoalan gizi ini tidak kalah penting dalam pencapaian prestasi olahraga. Jika asupan gizi kurang, latihan berat pun akan menjadi kurang bermanfaat. Hal ini bukan saja disebabkan rendahnya gizi makanan atlet, melainkan buruknya kebiasaan atlet dalam pengaturan makanan. Makanan yang sesuai dengan selera belum tentu memenuhi kebutuhan gizi atlet, sehingga atlet tidak menghasilkan prestasi dan stamina yang maksimal (Widiastuti. dkk, 2008).

2.2. PRINSIP PENGATURAN MAKANAN OLAHRAGAWAN
Makanan bervariasi, setiap makanan mempunyai keunggulan dan kekurangan zat gizi tertentu. Dengan memberikan makanan yang beraneka ragam setiap hari, maka kekurangan zat gizi dari satu makanan akan dilengkapi oleh makanan lain. Untuk meningkatkan variasi jenis makanan yang dapat diterima oleh olahragawan dilakukan dengan :
1.    Makanan seimbang; menjaga keseimbangan jumlah yang dikonsumsi dengan aktivitas yang dilakukan sehingga berat badan tetap ideal/terjaga.
2.    Makanan lebih banyak terdiri dari sumber hidrat arang kompleks seperti nasi, roti, sayuran termasuk kacang-kacangan.
3.    Mengurangi lemak terutama lemak jenuh dan minyak untuk mengurangi lemak dalam makanan dapat dilakukan dengan cara memilih daging/ayam yang sedikit lemak/kulit mengurangi pemakaian santan, minyak, memasak dengan cara dibakar dan lain-lain, menggunakan susu rendah lemak dan lain-lain.
4.    Mengurangi penggunaan gula yang berlebihan. Gula merupakan alternatif yang baik dalam dunia olahraga bila jumlah, jenis kombinasi dan waktu pemakaianya dilakukan secara tepat.
5.    Mengurangi penggunaan garam atau sodium clorida selalu digunakan dalam makanan. Jenis sodium lain yang sering dikonsumsi Msg (Monosodium glutamat), sodium bicarbonat dan beberapa vitamin C, tablet dalam bentuk sodium ascorbate. Kelebihan sodium menjadi salah satu faktor resiko terhadap hypertensi dan pengurangan calsium yang berkontribusi pada pengurangan densitas tulang. Meskipun olahragawan banyak kehilangan elektrolit (termasuk sodium) melalui keringat, terutama dalam cuaca panas namun kehilangan tersebut dapat diganti dengan jumlah garam yang sangat sedikit.
6.    Minum air putih atau juice buah lebih banyak, untuk mengontrol status hidrasi. Olahragawan sebaiknya biasa menimbang berat badannya sebelum dan sesudah latihan. Setiap kehilangan 1 Kg berat badan berarti tubuh memerlukan penggantian 1 liter cairan.
7.    Makan jenis makanan yang kaya calsium untuk olahragawati, terutama pada olahragawan yang mengalami gangguan mesntruasi/amenorea.
8.    Makan jenis makanan yang kaya zat besi terutama untuk olahragawati, juga yang vegetarian.

2.3.    PENGATURAN MAKANAN OLAHRAGAWAN PADA MASA LATIHAN
Menghadapi pertandingan pengaturan gizi perlu dilakukan secara seksama karena harus mempertimbangkan sasaran pencapaian puncak prestasi yang diinginkan.
Tujuan pengaturan makan:
1.    Meningkatkan cadangan glikogen otot dan mencegah terjadinya hypoglikemi
2.    Menjaga status hidrasi
3.    Menenangkan lambung agar tidak menimbulkan masalah pada lambung.
Dengan pengaturan waktu makan yang tepat sebelum bertanding, makanan dalam lambung akan menetralisir cairan lambung, sehingga lambung tidak terasa nyeri dan mengurangi rasa lapar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan makanan olahragawan adalah:
1.    Waktu atau kesempatan yang ada untuk mengembalikan cadangan glikogen dan status hidrasi dalam periode pertandingan atau turnamen yang diikuti olahragawan atau jarak waktu sejak terakhir latihan dengan waktu tanding.
2.    Jadwal pertandingan dari setiap cabang olahraga dengan interval waktu (jeda) tiap sesi pertandingan
3.    Khusus untuk cabang olahraga dengan klarifikasi berat badan perlu diperhatikan apakah cara-cara penurunan/penambahan berat badan dilakukan dengan benar.
4.    Adanya resiko gangguan pencernaan karena jenis makanan dan waktu makan yang tidak tepat.
2.4.    PENGATURAN MAKANAN OLAHRAGAWAN MENJELANG PERTANDINGAN,  MASA PERTANDINGAN DAN SESUDAH PERTANDINGAN.
2.4.1. Pengaturan Makanan Olahragawan Menjelang Pertandingan
Sebelum mulai dengan latihan, olahragawan harus berada dalam kondisi fisik yang baik. Oleh karena itu olahragawan dikembangkan fisiknya agar siap menghadapi latihan berat dan intensif. Pada awalnya dikenal tahap persiapan umum dimana dilakukan perbaikan keadaan umum kesehatan, status gizi dan semua unsur kesegaran jasmani.
Tujuan :
Memberi makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dari zat gizi agar dapat membentuk cadangan glikogen otot.
Prinsip pengaturan Makanan :
1.    Makanan lebih banyak hidrat arang komplek untuk meningkatkan cadangan glikogen. Untuk meningkatkan cadangan glikogen perlu diperhatikan:
a.     Faktor yang mempengaruhi terbentuknya cadangan glikogen adalah: jumlah hidrat arang yang dikonsumsi, banyaknya pengosongan glikogen, waktu mengkonsumsi hidrat arang, jenis hidrat arang, adanya zat gizi lain, ada tidak kerusakan otot dari latihan yang dilakukan selama pemulihan.
b.    Faktor yang mempengaruhi terbentuknya cadangan glikogen hati adalah pencernaan dan jenis hidrat arang.
2.    Makanan rendah lemak karena proses pencernaan lemak memakan waktu lama. Protein cukup tidak perlu berlebihan karena akan meningkatkan pengeluaran cairan.
3.    Mengurangi jenis makanan yang tinggi serat karena akan menyebabkan lambung penuh.
4.    Minuman cukup terutama bila pertandingan diadakan dalam cuaca panas.
5.    Mengatur waktu makan dan jenis makanan yang dikonsumsi sesuai jadwal pertandingan.
6.    Usahakan agar makanan yang dikonsumsi sebelum bertanding sudah dikenal dan olahragawan sudah terbiasa dengan makanan tersebut.

2.4.2.   Pengaturan Makanan Olahragawan Masa Pertandingan
Memasuki tahap pertandingan baik kondisi fisik dan mental sudah mencapai kondisi yang sebaik-baiknya. Pada masa pertandingan, seluruh aktifitas olahragawan difokuskan pada kegiatan pertandingan yang tahapnya dapat berlangsung satu hari sampai kegiatan beberapa hari berturut-turut.
Tujuan :
Memberi makanan dan cairan yang cukup untuk memenuhi energi dari zat gizi, agar cadangan glikogen dan status hidrasi tetap terpelihara. Olahragawan dari cabang olahraga tertentu yang bertanding dalam jangka waktu lama atau bertanding pada cuaca panas sangat beresiko untuk kehilangan cairan lebih banyak. Beberapa hal yang perlu diketahui tentang status hidrasi pada atlet antara lain:
a.    Dehidrasi akan lebih parah bila olahragawan bertanding pada cuaca panas
b.    Dehidrasi dapat terjadi pada olahragawan dengan klasifikasi berat badan terutama yang menurunkan berat badannya secara cepat dalam jangka waktu pendek.
c.    Dehidrasi dapat berpengaruh terhadap fungsi mental, konsentrasi dan keterampilan
d.    Dehidrasi di atas 3-4% dari berat badan meningkatkan risiko gangguan pencernaan
e.    Pada umumnya bila pertandingan berlangsung lebih dari 30 menit dengan intensitas tinggi terutama pada cuaca panas memerlukan penanganan yang lebih seksama untuk menjaga status hidrasi olahragawan.
Dasar pemikiran pemberian makanan dan minuman pada saat tanding :
1.    Waktu pertandingan berlangsung, lama pertandingan, waktu istirahat, cuaca dan intensitas latihan
2.    Kehilangan glikogen setelah aktivitas yang lama dapat diganti dengan sekitar 50 gram hidrat arang perjamnya dalam bentuk cair atau padat.
3.    Jumlah cairan yang dapat didistribusikan dalam tubuh, dipengaruhi oleh volume, kecepatan menggerakkan lambung dan absorpsi di usus halus.

2.4.3.   Prinsip pengaturan makan dan minum pada saat tanding :
1.    Pemberian minuman, cairan yang menggulung dengan hidrat arang terutama diberikan terhadap olahragawan yang bertanding 30-60 menit terus menerus, atau cabang olahraga yang waktu tandingnya lama, olahragawan yang menurunkan berat badan pada cabang olahraga dengan klasifikasi berat badan atau pada cuaca panas.
2.    Waktu pemberian dapat dilakukan pada saat istirahat, penggantian pemain, atau waktu tanding, di jalan atau tempat-tempat yang telah ditentukan oleh panitia.
3.    Minuman atau cairan sebaiknya bersuhu sejuk dan olahragawan telah terbiasa dengan jenis minuman tersebut. Minum dengan intreval tertentu dan jangan menunggu sampai rasa haus datang. Minum 150-250 ml setiap 15-20 beraktifitas intensif dapat mencegah dehidrasi. Pada umumnya toleransi tubuh minum cairan antara 800-1200 ml/jam.
4.    Apabila diberikan cairan yang mengandung hidrat arang maka jumlah hidrat arang yang dibutuhkan 30-60 gr/jam. Pada umumnya sport drink yang biasa dikonsumsi olahragawan mengandung 3-8 % glucose.

2.4.4.      Pengaturan Makanan Olahragawan Sesudah Pertandingan
Pada periode ini olahragawan harus tetap mempersiapkan kondisi fisik secara prima dengan latihan-latihan yang sesuai. Pengaturan makanan pada periode pemulihan ditujukan untuk mempertahankan status gizi. Makanan harus tetap memenuhi gizi seimbang. Jumlah masukan makanan harus disesuaikan dengan aktifitas sehari-hari.
Tujuan :
Memberi makanan yang memenuhi kalori dan zat gizi untuk memulihkan glikogen otot, status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1.    Minum setelah bertanding sangan penting untuk memulihkan status hidrasi.
2.    Setiap penurunan 5000 gram berat badan, tubuh memerlukan 500 cc air
3.    Pada penurunan berat badan 4-7%, berat badan akan kembali normal setelah 24-48 jam.
4.    Minuman diberikan dengan interval waktu tertentu
5.    Minumlah jenis juice buah yang banyak mengandung kalium dan natrium; misalnya juice tomat, belimbing dll
6.    Untuk memulihkan kadar gula darah, tubuh memerlukan karbohidrat
7.    Kebutuhan karbohidrta 1 jam setelah bertanding 1 gr/kg berat badan. Misalnya berat badan 60 kg kebutuhan karbohidrat 60 gr atau 240 kalori.
8.    Pilihlah karbohidrta kompleks (pati) dan disacarida
9.    Sebaiknya makanan tersebut dalam bentuk cairan
10. Pada umumnya setelah bertanding olahragawan  malas makan oleh karena itu porsi makanan diberikan ½ porsi dari biasanya.
Cara pemberian :
1.    Segera  setalah bertanding minum air dengan suhu 5°C (sejuk), 1-2 gelas
2.    ½ jam setelah bertanding, juice buah 1 gelas
3.    1 jam setelah bertanding : juice buah 1 gelas dan snack ringan atau makanan cair yang mengandung karbohidrat sebanyak 300 kalori.
4.    2 jam setelah bertanding makan lengkap dengan porsi kecil; sebaiknya diberi lauk yang banyak mengandung natrium dan sayuran yang tinggi kalium. Sayuran berkuah lebih bermanfaat untuk mencukupi cairan dan mineral.
5.    4 jam kemudian olahragawan biasanya baru merasa lapar. Untuk itu dapat disediakan makanan yang mudah dimasak. Penyediaan makanan pada malam hari menjelang tidur, mutlak diperlukan bagi olahragawan yang bertanding malam hari.






BAB III
TUJUAN

2.5.       TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN MAKALAH
3.1.1. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
a.    Untuk mengetahui pengaturan gizi olahragawan selama periode pembinaan prestasi.
b. Mengenal tahap persiapan umum dalam menjaga kesehatan, status gizi dan semua unsur kesegaran jasmani selama periode pembinaan prestasi.

3.1.2. Manfaat Penulisan Makalah
1.    Bagi Guru :
a.  Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang Peranan Gizi Olahraga Dalam Mencapai Pretasi
b.  Sebagai bahan pertimbangan pemilihan gizi bagi olahragawan dalam mencapai pretasi

2.    Bagi Lembaga :
a.  Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa, khususnya jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, untuk memperkaya pengetahuan di bidang olahraga.
b.  Sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian lain yang meneliti tentang masalah serupa.

3.    Bagi Peneliti :
a.  Sebagai pengalaman dalam ilmu olahraga.
b.  Sebagai dasar penelitian di kemudian hari.






BAB IV
KAJIAN PUSTAKA


4.1. PENGERTIAN PRESTASI DAN KETERAMPILAN
1.    Prestasi
Kata “Prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berikut :
“Prestasi merupakan suatu hasil yang diperoleh seseorang setelah melaksanakan suatu tugas”.  (Balai Pustaka, 1995: 114).

Sedangkan Mardianto menjelaskan pengertian prestasi sebagai berikut :
“Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti suatu kegiatan. Sedangkan prestasi dalam bidang olahraga adalah kemampuan atau kebiasaan yang dikuasai oleh seorang atlet setelah mengikuti berbagai macam bentuk latihan yang diberikan”. (Mardianto, 1991:37-38).


Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, pengertian prestasi adalah suatu hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti atau melaksanakan suatu kegiatan atau tugas.

2.    Keterampilan
Gordon, Nadler, Dunnette dan Iverson, (dalam Vic Amber, 1999) mendefinisikan keterampilan sebagai berikut :
 Gordon, berpendapat bahwa :
Keterampilan merupakan kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor”.
Selain itu pengertian keterampilan menurut Nadler, sebagai berikut :
“Keterampilan merupakan kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas”.
Sedangkan Dunnette, mendefinisikan :
“Keterampilan sebagai kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat”.
Lain lagi dengan Iverson, menambahkan bahwa :
Keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability)”. (Vic Amber, 1999).
Sehubungan dengan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat dalam melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari pengalaman yang didapat yang membutuhkan kemampuan dasar (kecakapan dan keahlian).

4.1. FAKTOR YANG MENDUKUNG DALAM PERANAN GIZI OLAHRAGA DALAM MENCAPAI PRESTASI
Prestasi yang dicapai oleh seorang atlet sangat ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor gizi untuk mencapai suatu ketahanan fisik yang maksimal dalam berolahraga.
Pembinaan prestasi olahraga memerlukan proses panjang dan berkesinambungan. Prestasi terbaik seorang olahragawan selain ditentukan oleh faktor yang ada dalam diri olahragawan tersebut, yakni kemampuan fisik, segi mental, keterampilan taktik, bakat dan lain-lain juga ketepatan program latihan, pemeliharaan kesehatan, pengaturan gizi dan penyediaan makanan olahragawan.

4.1.1. Faktor Fisik
Olahragawan juga harus tetap mempersiapkan kondisi fisik secara prima dengan latihan-latihan yang sesuai. Pengaturan makanan pada periode pemulihan ditujukan untuk mempertahankan status gizi.
Sebelum mulai dengan latihan, olahragawan harus berada dalam kondisi fisik yang baik. Oleh karena itu olahragawan dikembangkan fisiknya agar siap menghadapi latihan berat dan intensif. Pada awalnya dikenal tahap persiapan umum dimana dilakukan perbaikan keadaan umum kesehatan, status gizi dan semua unsur kesegaran jasmani.
Makanan harus tetap memenuhi gizi seimbang. Jumlah masukan makanan harus disesuaikan dengan aktifitas sehari-hari.
4.1.2. Aktifitas fisik
Setiap aktifitas fisik memerlukan energi untuk bergerak. Aktifitas fisik berupa aktifitas rutin sehari-hari, misalnya membaca, pergi ke sekolah, bekerja sebagai karyawati kantor. Besarnya energi yang digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya aktifitas fisik.
Tabel 1 : Faktor aktifitas fisik (perkalian dengan BMR)
Tingkat aktifitas
Laki-laki
Perempuan
Istirahat di tempat tidur
1,2
1,2
Kerja sangat ringan
1,4
1,4
Kerja ringan
1,5
1,5
Kerja ringan – sedang
1,7
1,6
Kerja sedang
1,8
1,7
Kerja berat
2,1
1,8
Kerja berat sekali
2,3
2,0

Setiap aktifitas olahraga memerlukan energi untuk kontraksi otot. Olahraga dapat berupa olahraga aerobik maupun olahraga anaerobik. Besarnya energi yang digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya aktifitas olahraga.

Tabel 2.Kebutuhan energi berdasarkan aktifitas olahraga (kal/mnt)
AKTIFITAS OLAHRAGA
BERAT BADAN (KG)
50
60
70
80
90
Balap sepeda : - 9 km/jam
3
4
4
5
6
                         - 15 km/jam
5
6
7
8
9
                         - bertanding
8
10
12
13
15
Bulutangkis
5
6
7
7
9
Bola basket
7
8
10
11
12
Bola voli
2
3
4
4
5
Dayung
5
6
7
8
9
Hockey
4
5
6
7
8












Jalan kaki : - 10 menit/km
5
6
7
8
9
                           - 8   menit/km
6
7
8
10
11
                           - 5   menit/km
10
12
15
17
19
lari               : - 5,5  menit/km
10
12
14
15
17
Lanjutan ….





                       - 4,5  menit/km
11
13
15
18
20
                         - 4    menit/km
13
15
18
21
23
renang : - gaya bebas
8
10
11
12
14
                    - gaya punggung
9
10
12
13
15
                    - gaya dada
8
10
11
13
15
senam
3
4
5
5
6
senam aerobik : - pemula
5
6
7
8
9
                                    - terampil
7
8
9
10
12






tenis lapangan : - rekreasi
4
4
5
5
6
                                      - bertanding
9
10
12
14
15
tenis meja
3
4
5
5
6










4.1.3. Pertumbuhan Fisik
Anak dan remaja mengalami pertumbuhan sehingga memerlukan penambahan energi. Energi tambahan dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang baru dan jaringan tubuh.

tabel 3. kebutuhan energi untuk pertumbuhan (kalori/hari)
Jenis kelamin anak
Umur
Tambahan energi
 laki-laki
10 – 14 tahun
2 kalori/kg berat badan
Perempuan
15  - 16 tahun
1 kalori/kg berat badan








BAB. V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
   Makanan yang memenuhi gizi seimbang memegang peranan penting untuk olahragawan yang ingin berprestasi maksimal dalam suatu pertandingan. Bahkan dengan kombinasi yang baik dari bakat olahragawan serta teknik latihan dan pelatih terbaik, makanan yang tidak memenuhi syarat dan gizi tidak seimbang tidak mungkin berprestasi secara maksimal. Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus mengandung zat gizi penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu makanan juga harus mampu mengganti zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktifitas olahraga.

5.2. SARAN
1.    Untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh yang prima masih perlu memperhatikan standar makanan yang cukup sehat bagi seorang atlet.
2.    Diharapkan sampel dan populasi dalam jumlah yang besar dan divariasikan dengan kelompok kontrol bagi peneliti yang meneliti penelitian serupa.
3.    Pada periode persiapan pemusatan latihan, periode pertandingan maupun periode pemulihan makan pada olahragawan harus diatur sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan kondisi fisik yang baik.










DAFTAR PUSTAKA



Direktorat Bina Gizi Masyarakat.1997. Gizi Olahraga untuk Prestasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat.1999. Kumpulan Makalah Penyusunan dan Diseminasi Modul Gizi Olahraga. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI.

FKM–UI, Kantor Menpora dan Departemen Kesehatan. 1998. Kumpulan Makalah pada Pelatihan Gizi Olahraga dalam rangka Peningkatan Kemampuan Tenaga Gizi dalam penguasaan dan implementasi IPTEK Gizi Olahraga. Jakarta : Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas,

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas (BUKP).1993. Olahraga pada Berbagai Penyakit. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI.

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas (BUKP).1993. Pedoman Pengaturan Makanan Atlet.  Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar